BANDUNG, PedomanNEWS.com - Salah satu calon Sumaryanto Widayatin termasuk yang meragukan data yang dipunyai pengurus IA ITB ini. Pada sebuah acara kampanye di Bandung Sabtu 15/10/11, ia mempertanyakan keabsahan data tersebut. Berikut ini komentarnya: "Kalau saya harus berpikir apa sih tujuan dari evoting atau paguyuban ini? Apakah kemudian one man one vote sehingga kita dianggap lebih demokratis. Kemudian apa risikonya? Kalau ada kandidat-kandidat di dalam itu sudah menyiapkan dan mendorong-dorong e-voting ….. jangan berpikir itu adalah transaksional … Saya setuju itu lebih bebas lebih banyak, transaksional langsung hilang."
Karena ragu dengan jumlah data yang benar dan valid, Sumaryanto tegas menolak e-voting. Ia bahkan mencurigai kandidat lain mengambil manfaat dari database alumni yang ada. Tampaknya pernyataan ini ditujukan ke pesaingnya Amir Sambodo dan Hermanto Dardak yang kebetulan menjadi pengurus di periode yang sekarang. Kepada mereka yang hadir pada acara tersebut lebih lanjut ia mengatakan "Anda yakin data di IA-ITB ini bisa dijustifikasi? Ada 70 ribu atau 25 ribu? Saya bukan takut terhadap evoting, tapi pendapat saya tentang e-voting is different. Bisa oke kalau semua verifikasinya jelas. Kalau nggak lebih baik nggak ada voting. Karena saya meragukan datanya di situ.’’
Keraguan soal validitas data ini sudah diangkat oleh banyak alumni sejak beberapa minggu lalu. Pihak panitia sebenarnya cukup tanggap. Melalui web resmi IA ITB, pada tanggal 6 Oktober 2011 panitia mengumumkan daftar calon pemilih sementara (DPS). Meski tidak disebutkan berapa jumlah pemilih yang terdaftar (DPT), panitia mengklaim data ini valid.
Dengan klaim itu, sebagaimana diberitakan sebelumnya bisa diasumsikan jumlahnya adalah 20 ribu. Karena dalam rakernas awal tahun ini jumlah inilah yang dikatakan pengurus sebagai angka yang valid.
Data ini akan dibuka selama 1 bulan sebelum dijadikan daftar pemilih tetap. Meski sudah dianggap valid, anehnya panitia meminta alumni memverifikasi data tersebut dan mengkoreksinya bila ada kesalahan. Untuk mereka yang tidak ada didalam daftar diminta untuk mendaftarkan diri. Prosesnya bisa dilakukan online.
Dari masukan yang didapat PedomanNEWS, ditemukan sejumlah nama yang dobel. Atau nama yang tidak dikenal. Fakta ini cukup disayangkan, karena jika data ini diperoleh dari ITB mestinya tidak terjadi. ITB tentunya memiliki bank data alumni yang lengkap.
Dengan data ini, semua mestinya ada di DPS. Alumni tidak perlu repot-repot mendaftar, jika namanya tidak ada. Agaknya data alumni ITB yang valid masih teka teki. Panitia atau pengurus, mesti membuka secara terbuka proses pendataan ini. Bagaimana data dikumpulkan, dari mana sumbernya, seperti apa validasi yang dilakukan, dan seterusnya. Jika tidak, lemahnya basis data ini bukan tidak mungkin akan menjadi masalah dalam proses pemilu nanti.
sumber: PedomanNEWS.com
No comments:
Post a Comment